Tissa Biani Trauma Kerokan Sejak Kepergian Sang Ayah!

Tissa Biani Trauma Kerokan Sejak Kepergian Sang Ayah!

sweetcakesweb.com, Tissa Biani Trauma Kerokan Sejak Kepergian Sang Ayah! Ketika banyak orang menganggap kerokan sebagai tradisi penyembuh yang menenangkan, Tissa Biani justru memendam luka mendalam dari ritual sederhana itu. Rupanya, aroma minyak kayu putih dan bekas garis merah di punggung tak lagi membawa rasa lega, melainkan mengingatkan pada momen kelam yang sulit terhapus dari ingatannya.

Tissa, aktris muda dengan senyum hangat dan sorot mata yang sering meneduhkan layar kaca, akhirnya mengungkap kisah menyayat hati yang selama ini ia pendam. Bukan sekadar cerita kehilangan, tetapi juga trauma yang melekat kuat hingga membuatnya enggan menyentuh tradisi yang dulu di anggap biasa saja.

Kenangan Terakhir yang Tak Terlupakan

Suatu malam yang tampak biasa, tubuh sang ayah mulai terasa lelah. Seperti biasa, keluarga Tissa menggunakan metode kerokan untuk meredakan masuk angin. Namun, malam itu berbeda. Sang ayah tidak terlihat membaik. Justru, tubuhnya makin lemas, dan akhirnya harus di larikan ke rumah sakit.

Sayangnya, takdir sudah lebih dulu mengetuk. Beberapa hari setelah perawatan intensif, kabar duka datang dan membuat dunia Tissa runtuh. Kepergian sang ayah bukan hanya menghapus kehadiran figur pelindung, tapi juga meninggalkan jejak psikologis yang tak mudah di sembuhkan.

Aroma Minyak yang Kini Menjadi Luka

Setiap kali mencium bau minyak kayu putih, ingatan Tissa seketika terlempar pada malam itu. Bukannya tenang, ia justru merasa gelisah. Bahkan, suara gesekan koin di kulit bisa membuatnya kehilangan kendali emosional.

Maka tak heran, sejak saat itu, kerokan tak lagi di lakukan di rumahnya. Tradisi itu berhenti total. Ia mengaku selalu menghindar jika ada teman atau kerabat yang hendak melakukan hal serupa di dekatnya. Trauma itu masih nyata, masih terasa, meskipun waktu terus berjalan.

Lihat Juga  Reza Arap dan Sandiaga Uno: Kontroversi di Medsos

Menyembuhkan Diri Lewat Musik dan Doa

Meski luka batin sulit hilang, Tissa tak ingin terpuruk terlalu lama. Ia memilih menyalurkan rasa kehilangan melalui karya. Musik menjadi pelampiasan yang jujur dan menenangkan. Dalam beberapa lirik lagu yang ia bawakan, terselip emosi rindu yang tak bisa di sembunyikan.

Tak hanya itu, Tissa juga makin dekat dengan spiritualitas. Doa dan refleksi menjadi rutinitas harian yang menenangkan jiwanya. Ia percaya, sang ayah masih mengawasi dari kejauhan dan ingin melihat di rinya terus maju, meski tanpa pelukan hangat yang dulu rutin ia dapatkan.

Dukungan Orang Terdekat Jadi Penyangga

Tissa Biani Trauma Kerokan Sejak Kepergian Sang Ayah!

Beruntung, Tissa di kelilingi oleh orang-orang yang peduli. Mulai dari keluarga, sahabat, hingga kekasih, semuanya mendukung proses penyembuhan batinnya. Mereka tak memaksanya untuk melupakan, namun justru membantu agar kenangan tak lagi melukai.

Rasa kehilangan memang tidak bisa di bantah, tetapi Tissa perlahan mampu berdamai. Ia belajar menerima bahwa tidak semua luka harus di sembuhkan dengan di lupakan. Kadang, cukup dengan menerima dan mengizinkan di ri sendiri merasakannya.

Trauma Bukan Tanda Lemah

Dalam dunia hiburan yang sering menuntut citra ceria, Tissa tetap berani jujur. Ia tidak menutupi kisah dukanya. Justru dengan membagikan cerita ini, ia ingin menyampaikan pesan bahwa trauma bukan hal yang memalukan.

Menurutnya, banyak orang terlalu sibuk menampilkan wajah bahagia hingga lupa bahwa kesedihan juga butuh ruang. Dengan membuka di ri, ia berharap lebih banyak orang bisa memahami bahwa luka hati bisa datang dari hal-hal kecil, bahkan yang awalnya di anggap sepele seperti kerokan.

Banyak yang Diam-Diam Punya Cerita Serupa

Setelah ceritanya viral, banyak warganet menyampaikan kisah serupa. Ada yang takut melihat pemandian karena mengingat kenangan kehilangan, ada pula yang mendadak sesak saat mencium aroma rumah sakit.

Lihat Juga  Perang Batin: Denny Sumargo Dihadapkan pada Dilema yang Sulit!

Tissa pun makin yakin bahwa luka emosional memang tidak selalu terlihat. Meski begitu, mereka nyata. Dan karena itu, setiap orang layak di dengar, tanpa di hakimi.

Kesimpulan

Kisah Tissa Biani bukan sekadar tentang seorang anak kehilangan ayahnya. Ini tentang bagaimana trauma bisa muncul dari hal yang sederhana, tapi tetap terasa menusuk. Tentang bagaimana seseorang belajar berdamai, bukan dengan menghapus kenangan, tapi dengan merangkulnya sebagai bagian dari di ri. Tissa mungkin belum sepenuhnya pulih. Namun, ia sudah melangkah. Setiap nada lagu, setiap doa lirih, dan setiap kali ia berbagi kisah semuanya menjadi bukti bahwa proses itu nyata. Kini, kerokan mungkin tak lagi menjadi bagian dari hidupnya, tetapi semangatnya untuk terus tumbuh justru makin menyala.

Related Posts

We would like to show you notifications for the latest news and updates.
Dismiss
Allow Notifications